Pertumbuhan Dan Morfologi Kultur Tunas Sempur (Dillenia philippinensis Rolfe) Pada Media MS-BAP-NAA

Propagation of sempur (Dillenia philippinensis Rolfe) using conventional vegetative methods is considered ineffective due to slow process and low germination level. Propagation by tissue culture is considered more effective because it does not depend on the season and requires less plant material. It can benefit sempur conservation since it is categorized as threatened with extinction in 2020 on the IUCN red list. This study aimed to evaluate the effect of BAP and NAA on the growth of sempur’s shoots and to observe the morphology of shoot culture. The media used as a control was MS without growth regulators. The treatment medium was MS with the addition of BAP and NAA. Shoots were used as explants. Shoot growth and plantlet morphology were observed eight weeks after planting. The results indicated that the combination of 1 mg/l BAP and 0.5 mg/l NAA resulted in the highest total number of leaves, nodes and adventitious shoots. The combination of BAP and NAA, each 1 mg/l, resulted in the highest fresh weight and callus formation. The combination of 1 and 2 mg/l BAP and 0.5-1 mg/l NAA could not form roots. In comparison, the combination of BAP and NAA in culture media could change the shape and size of the leaves. The survival rate of growth of plantlets derived from MS medium was 50% at 22 weeks after acclimatization.

Rantau, D. E., Wulandari, D. R., Ermayanti, T. M., Rudiyanto, R., Hapsari, B. W., Wulansari, A. & Firdaus, H. L. Pertumbuhan Dan Morfologi Kultur Tunas Sempur (Dillenia philippinensis Rolfe) Pada Media MS-BAP-NAA. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 18 (1):65-78. DOI: https://doi.org/10.20886/jpht.2021.18.1.65-78

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Effect of Polyethylene Glycol Concentrations on Growth and Proline Content of Tacca leontopetaloides Shoots Cultured in vitro

Tacca leontopetaloides (called taka) is a tuberous plant producing high carbohydrate content useful as functional food. This plant grows in some limited coastal area in Indonesia. Tissue culture of this plant has been done for micropropagation and for in vitro conservations. Genetic improvement is important to produce genotypes which are able to grow in a marginal land such as in a drought condition. The aim of this research was to investigate the effect polyethylene glycol (PEG) concentrations added to culture medium on growth and proline content of taka shoots culturedin vitro. Shoots of taka were treated with 2.5-15% PEG. After 6 weeks of treatments, growth was evaluated by recording height of shoots, number of shoots, number of leaves, number of roots and fresh weight. Proline content was also determined at the same time. The results showed that growth of taka decreased along with increase in PEG concentrations. In contrary, proline content in taka explants increased along with increase in PEG concentrations. Taka produced few roots on the medium added with high level of PEG (7.5-15%).

Martin AF., Hapsari B.W, Rudiyanto and Ermayanti TM. 2016. Proceedings The 6th Indonesian Biotechnology Conference. Surakarta. 6: 299-304

Link Download


Artikel Selengkapnya...

Pengaruh Perlakuan Konsentrasi GA3 dan Kalsium Pantotenat Terhadap Pertumbuhan Kultur Tunas Uwi Ungu (Dioscorea alata)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi GA3 dikombinasikan dengan Capantotenat yang ditambahkan pada media MS terhadap pertumbuhan tunas in vitro uwi ungu (Dioscorea alata). Percobaan dirancang menggunakan rancangan acak lengkap faktorial yaitu kombinasi perlakuan konsentrasi GA3 sebesar 0, 0,5, 1 dan 2 mg/L dengan Ca-pantotenat konsentrasi 0; 0,5 dan 1 mg/L. Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi tinggi tunas, jumlah daun, jumlah tunas dan jumlah akar. Pengamatan dilakukan setiap minggu hingga kultur berumur 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan GA3 berpengaruh terhadap tinggi tunas, jumlah daun dan jumlah akar sedangkan Ca-pantotenat hanya berpengaruh terhadap jumlah tunas. Kombinasi GA3 dengan Ca-pantotenat hanya berpengaruh terhadap tinggi tunas. Tunas uwi ungu tertinggi diperoleh pada media MS yang mengandung kombinasi 0.5 mg/L GA3 dengan1mg/L Ca-pantotenat yaitu 4.0±0.27 cm, sedangkan jumlah akar terbanyak diperoleh pada kombinasi perlakuan 1 mg/L GA3 dengan 0.5 mg/L Ca-pantotenat yakni sebanyak 2.4±0.18. Adapun jumlah daun terbanyak diperoleh hanya dengan penambahan 1mg/L Ca-pantotenat yaitu 7.8 ± 0.56 helai dan jumlah tunas terbanyak diperoleh hanya dengan penambahan 2mg/L GA3 pada media MS sebesar 2.4 ± 0.18 tunas.

Rantau DE, Rudiyanto, Ermayanti TM. 2018. Pengaruh Perlakuan Konsentrasi GA3 dan Kalsium Pantotenat Terhadap Pertumbuhan Kultur Tunas Uwi Ungu (Dioscorea alata). Prosiding Seminar Nasional XXVII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan”. 27: 1-12

Link Download


Artikel Selengkapnya...

Somatic Embryo Germination of Jatropha curcas L in Presence of Sucrose and Poly Ethylene Glycol (PEG)

Jatropha curcas L. is a potential source of a non-edible biofuel. Conventional propagation of J. curcas technique has some limitations. Somatic embryo can produce a large number of embryos and obtain a large number of plants all year round. Treatment of sucrose in combination with polyethylene glycol (PEG) was proven to enhance germination of somatic embryos in many plant species. The aim of the study was to investigate the effect of sucrose in combination of PEG on somatic embryo germination in J. curcas. Globular somatic embryos at 0.025-0.030 g fresh weight having 0.4-0.5 cm in diameter were grown on MS medium solidified with 3 g/l of Gelzan supplemented with sucrose at 20, 30, 40, and 50 g/l in combination with PEG at 0, 2.5, 5, 10, and 15%. Results showed that the best medium for germination of J. curcas somatic embryo cultures was MS medium supplemented with 20 and 30 g/l of sucrose in combination with 5% of PEG. The numbers of germinated embryos per clump had significant enhancement on those medium compared with the control (PEG free treatment) (2.65 to 5.65) and (2.55 to 5.50). In addition, those treatments resulted in the highest percentage of clumps forming germinated embryos (100%), with an average of normal germinated embryos at 94.163 and 96.065%. The addition of 40 and 50 g/l of sucrose in combination with 15% of PEG caused all embryos to fail at germinating.

Rudiyanto, R., Efendi, D., & Ermayanti, T. M. (2014, June). Somatic embryo germination of Jatropha curcas L in presence of sucrose and poly ethylene glycol (PEG). In Annales Bogorienses (Vol. 18, No. 1, pp. 35-43).

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Media Dasar dalam Kultur Jaringan Tanaman

 

Secara kasat mata, orang awam melihat media dalam kultur jaringan hanya berupa agar yang dipadatkan di dalam botol. Namun agar tersebut tentu bukan sembarang agar, media tanam dalam kultur jariangan tersebut selain berisi agar juga berisi nutrisi yang diperlukan oleh tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Media dasar yang digunakan tersebut sebagai sumber nutrisi bagi sel atau jaringan tanaman yang akan dikulturkan secara in vitro (suci hama/pathogen). Media ini berisi nutrisi (hara makro dan mikro), sumber karbon (sukrosa), vitamin, bahan organik dan zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel atau jaringan tanaman.

Beberapa komponen penting dari media dasar kultur jaringan meliputi:

1.      Unsur Hara Makro: Nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur (makroelemen)

2.      Unsur Hara Mikro: Besi, mangan, boron, tembaga, seng, dan molibdenum (mikroelemen). Komposisi hara makro dan mikro ini berbeda-beda antara jenis media dasar yang digunakan

3.      Karbohidrat: Biasanya ditambahkan sukrosa (gula) sebagai sumber energi bagi sel tanaman. Dalam kultur jaringan tanaman konsentrasi gula yang digunakan umumnya sebanyak 30 g/L media.

4.      Vitamin: Beberapa vitamin penting bagi tanaman seperti tiamin (vitamin B1), piridoksin (vitamin B6), dan asam nikotinat untuk mendukung metabolisme sel.

5.      Zat Pengatur Tumbuh: Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan antara lain auksin dan sitokinin untuk menginduksi pertumbuhan dan diferensiasi sel atau jaringan.

6.      Pemadat: Yakni menggunakan agar untuk membuat media menjadi padat sehingga eksplan dapat ditancapkan di atas permukaan media.

7.      pH Media: pH media biasanya diatur antara 5.6 hingga 5.8 agar ketersediaan hara dalam media dapat diserap oleh tanaman.

Teknik Dasar Kultur Jaringan Tanaman, Pengertian, Keunggulan dan Aplikasinya

Jenis media dasar yang biasanya digunakan dalam kultur jaringan antara lain media MS: Murashige & Skoog (1962); WPM: McCown & Lloyd (1981); DKW: Driver & Kuniyuki (1984); NN: Nitsch & Nitsch (1969); B5: Gamborg et al. (1968) dsb.

Sumber: Rudiyanto et al., 2021
Pengaruh Modifikasi KH2PO4, NH4NO3 dan Sukrosa terhadap Pertumbuhan Tunas serta Pembentukan Umbi Mikro Taka (Tacca leontopetaloides) secara In vitro

Catatan: Setiap jenis tanaman memerlukan optimasi media dasar agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal

 

Artikel Selengkapnya...

Metode Konservasi yang disederhanakan pada Kultur Tunas Taka (Tacca Leontopetaloides L. Kuntze) Secara In Vitro

 


Invensi ini berhubungan dengan suatu metode konservasi secara in vitro, khususnya pada tanaman Taka (Tacca leontopetaloides L. Kuntze), dimana metode ini ditujukan untuk mendapatkan metode penyimpanan kultur tunas Taka yang lebih sederhana di bandingkan metode konservasi tanaman in vitro pada 10 umumnya. Adapun tahapan-tahapannya yaitu: memperbanyak sumber eksplan, yang dicirikan dengan penambahan 1 ppm Kinetin pada media MS pada suhu 25 ± 2°C selama 8-12 minggu di dalam ruang kultur dengan penyinaran kontinyu; menyederhanakan metode untuk meningkatkan lama penyimpanan eksplan pada media MS yang mengandung zat pengatur tumbuh berupa BAP dan Kinetin pada kisaran konsentrasi 0 sampai 0,5 ppm pada suhu 25°C, 13°C, dan 10°C.
Artikel Selengkapnya...
 
Copyright (c) 2024 |Dr. Rudiyanto, SP., M.Si.|Associate Researcher at Research Center for Applied Botany BRIN, Indonesia