Induction and Proliferation of Moringa oleifera Somatic Embryo Callus using Solid Liquid and Temporary Immersion System

Moringa oleifera Lam., a promising functional food, can be propagated rapidly through somatic embryogenesis technique. This method has advantages, such as rapid seed generation, absence of a dormant phase, and bipolar cotyledons. The induction of M. oleifera callus involves plant growth regulators, the type of explants, and the media used. In this study, we investigated the effects of 0.0, 0.5, 1.0 and 2.0 mg/L of BAP and picloram on inducing embryonic callus in M. oleifera plants. Additionally, we examined the impact of amino acids such as proline, glutamine, and cysteine on the proliferation stage of the embryonic callus. The results showed that 1 mg/L BAP and picloram significantly enhanced callus induction, as indicated by increased callus diameter, weight, and volume. The growth of M. oleifera callus was also influenced by the concentration of amino acids. The optimal proliferation callus was achieved using 200 mg/L of proline in Driver and Kuniyuki Walnut (DKW) medium with the Temporary Immersion System (TIS). Furthermore, embryogenic callus was generated using 200 mg/L proline, 50 mg/L glutamine, and 50 and 100 mg/L cysteine. The addition of 200 mg/L proline to DKW yielded the best results in TIS.


Rudiyanto, Purwito A, Efendi D, Martin AF. 2024. Induction and proliferation of Moringa oleifera somatic embryo callus using solid liquid and temporary immersion system. IJAB 32(3):294-300.

 

Link DOI: https://doi.org/10.17957/IJAB/15.2204

 

Artikel Selengkapnya...

Induksi Kalus Uwi Ungu (Dioscorea alata L.) Pada Media Ms dengan Penambahan BAP Yang Dikombinasikan dengan 2, 4-D

 Uwi ungu (Dioscorea alata L) merupakan tanaman herba monokotil yang menghasilkan umbi. Umbi uwi ungu mengandung karbohidrat dan berserat tinggi sehingga sangat potensial sebagai pangan fungsional. Perbanyakan uwi ungu secara konvensional adalah dengan umbinya. Keterbatasan pengadaan bibit dapat diatasi dengan teknik kultur jaringan. Modifikasi media diperlukan untuk mendapatkan pertumbuhan terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian BAP yang dikombinasikan dengan 2,4-D pada media MS terhadap pembentukan kalus uwi ungu secara in vitro. Rancangan percobaan berupa rancangan acak lengkap faktorial menggunakan dua faktor yakni 0.0, 1.0 dan 1 mg/l BAP yang dikombinasikan dengan 0.0, 0.5, 1.0 dan 2.0 mg/l 2,4-D. Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi persentase terbentuknya kalus dan diameter kalus yang diamati setiap minggu dari umur 0-8 minggu setelah kultur serta quadran terbentuknya kalus dan kondisi eksplan pada umur 8 minggu. Pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian 0.0 dan 2.0 mg/l BAP yang ditambahkan dengan 0.5 mg/l 2,4-D menghasilkan persentase terbentuknya kalus, diameter kalus serta nilai kisaran quadran membentuk kalus yang tinggi. Pada kontrol dan perlakuan 1 mg/l BAP yang ditambahkan dengan 2 mg/l 2,4-D tidak terbentuk kalus. Eksplan uwi ungu pada perlakuan 0.0, 1.0 dan 2.0 mg/l BAP yang ditambahkan dengan 2 mg/l 2,4-D mengalami pencoklatan dan layu.


Rudiyanto, R., Wulandari, D. R., & Ermayanti, T. M. (2019, July). Induksi Kalus Uwi Ungu (Dioscorea alata L.) Pada Media Ms dengan Penambahan BAP Yang Dikombinasikan dengan 2, 4-D. In Prosiding Seminar Nasional Agroteknologi (Vol. 1, pp. 112-121).


Link Download

Artikel Selengkapnya...

Metode Regenerasi Planlet Seledri (Apium graveolens L.) Dari Kalus Asal Hipokotil Pada Media Sederhana

Invensi ini berhubungan dengan suatu metode regenerasi planlet Seledri (Apium graveolens L.) dari kalus asal hipokotil pada media sederhana dengan daya regenerasi tinggi. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan bibit tanaman hasil regenerasi tunas dari kalus, yang diketahui karakteristiknya dengan tujuan produksi bibit unggul Seledri secara in vitro pada media sederhana. Tahapan-tahapan metode menurut invensi ini yaitu: melakukan sterilisasi biji tanaman Seledri, menanam biji Seledri secara in vitro pada media perkecambahan, kemudian melakukan induksi kalus dengan eksplan hipokotil pada media perlakuan optimum. Kalus yang terbentuk diperbanyak dan selanjutnya dilakukan regenerasi kalus Seledri menjadi tunas pada media perbesaran tunas optimum yang sederhana.

Link DirjenKI

Artikel Selengkapnya...
 
Copyright (c) 2024 |Dr. Rudiyanto, SP., M.Si.|Associate Researcher at Research Center for Applied Botany BRIN, Indonesia