alt text

Jurnal Ilmiah

List Publikasi Ilmiah Penulis dalam bentuk Jurnal Ilmiah Nasional Terindex SINTA Maupun Jurnal Internasional Q1-Q4 Terindex Scopus

Jurnal Ilmiah
alt text

Prosiding

List Publikasi Ilmiah Penulis dalam bentuk Prosiding Ilmiah dalam Seminar Nasional maupun Seminar Internasional

Prosiding
alt text

Kekayaan Intelektual

List Hasil Kekayaan Intelektual Paten Penulis baik itu berupa Paten Granted maupun Paten Terdaftar

Paten
alt text

Kultur Jaringan Tanaman

Artikel Penulis yang membahas tentang Kultur Jaringan Tanaman, Aplikasi, Media, Zat Pengtaur Tumbuh dll

Kultur Jaringan Tanaman
alt text

Review

Review Penulis tentang buku, karya tulis ilmiah jurnal, prosiding maupun produk hasil karya orang lain

Review
alt text

Science dan Teknologi

Artikel Penulis yang membahas tentang perkembangan terkini di bidang science dan teknologi secara umum

Science dan Teknologi
alt text

Wisdom and Inspiration

Artikel Penulis yang membahas tentang nilai-nilai Kebijaksanaan, Motivasi, Moral, Agama, Kesabaran dan Inspirasi

Wisdom and Inspiration
alt text

Investasi Saham

Artikel Penulis yang membahas tentang Investasi Saham, literasi finansial, Analisis Fundamental, Analisis Teknikal dan Trading system

Investasi Saham

Artikel Terpopuler

Innocence dan Kebaikan Hati Seorang Anak Adam

  • Tuesday, July 1, 2025
  • by
  • "Innocent People Are Not Stupid, They Just Think Everyone Has A Good Heart." 

    Perkataan ini memuat makna yang mendalam tentang kepolosan dan cara kita memandang keluguan orang lain. Dalam realitas sosial, sering kali kepolosan disalahartikan sebagai kelemahan atau bahkan kebodohan. Padahal, kepolosan bukan berarti seseorang tidak cerdas atau tidak mampu membaca situasi. Kepolosan adalah sebuah pilihan sikap, pilihan untuk tetap memandang dunia dengan harapan dan keyakinan bahwa setiap orang pada dasarnya menyimpan kebaikan dalam dirinya.

    Di zaman ini, di mana dunia digital mendominasi ruang interaksi kita, pesan ini menjadi sangat relevan. Tren media sosial akhir-akhir ini diwarnai maraknya kasus penipuan online, mulai dari investasi bodong, pinjaman online ilegal, hingga donasi palsu yang mengatasnamakan kemanusiaan. Ironisnya, korban dari praktik-praktik ini sering kali adalah orang-orang berhati baik yang ingin membantu atau berbagi. Mereka bukan tidak cerdas, mereka hanyalah percaya bahwa yang menghubungi mereka benar-benar tulus dan jujur.

    Fenomena ini menguji nilai ketulusan hidup kita di dunia. Di satu sisi, Islam memerintahkan kita untuk selalu berprasangka baik. Dalam Al-Qur’an, Allah -Subhanahu wa ta'ala- berfirman:
    "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain..." (QS. Al-Hujurat: 12)
    Ayat ini menegaskan bahwa Islam mengajarkan kita agar tetap menjaga prasangka baik terhadap sesama. Kepolosan yang berangkat dari husnuzan adalah bentuk kebaikan hati dan kesucian jiwa. Selain itu, Rasulullah -Shallallahu ’alaihi wasallam- bersabda:
    "Barangsiapa tidak menyayangi manusia, maka Allah tidak akan menyayanginya." (HR. Bukhari dan Muslim)
    Hadits ini mengingatkan bahwa kasih sayang dan kepolosan dalam memandang sesama manusia adalah jalan meraih kasih sayang Allah -Subhanahu wa ta'ala- . Namun, di sisi lain, Islam juga mengajarkan agar kita berhati-hati dan tidak mudah tertipu. Dalam sebuah hadits, Rasulullah -Shallallahu ’alaihi wasallam- bersabda:
    "Seorang mukmin tidak akan disengat dari lubang yang sama dua kali." (HR. Bukhari dan Muslim)
    Hadits ini menegaskan pentingnya kewaspadaan, agar kepolosan tidak menjadi celah bagi orang lain untuk berbuat zalim kepada kita.

    Ilustrasi ini menunjukkan betapa kepolosan dan kebaikan hati kini diuji di era yang serba terkoneksi namun penuh dengan “Jebakan”. Kepolosan hari ini tidak berarti seseorang tidak paham teknologi atau mudah diperdaya, tetapi justru mencerminkan keberanian moral untuk tetap berharap dan berbuat baik di tengah risiko ditipu atau dimanfaatkan.

    Dalam masyarakat yang penuh kecurigaan, orang-orang polos adalah pengingat bahwa dunia ini tetap membutuhkan optimisme dan kasih sayang. Sayangnya, tren-tren negatif di ruang digital justru menantang nilai-nilai ini. Kita dihadapkan pada dilema: bagaimana tetap menjadi pribadi yang percaya akan kebaikan tanpa menjadi korban dari mereka yang beritikad buruk?

    Di sinilah pentingnya menyeimbangkan kepolosan dengan kewaspadaan. Kepolosan bukan berarti menutup mata terhadap realita, tetapi mengajarkan kita untuk tetap melihat potensi baik orang lain, sambil melindungi diri dengan pengetahuan dan sikap kritis. Dunia tidak membutuhkan lebih banyak orang yang sinis, tetapi orang-orang yang bijak dalam berprasangka baik.

    Kepolosan adalah kekuatan, bukan kelemahan. Di tengah maraknya tren penipuan, hoaks, dan manipulasi di media sosial, biarlah kepolosan tetap menjadi cahaya kecil yang menuntun kita untuk saling percaya, saling menguatkan, tanpa harus menutup mata dari kenyataan bahwa tidak semua orang memiliki hati yang baik.
    Artikel Selengkapnya...

    Polyploidisasi Tanaman, Manipulasi Selular untuk Pertanian Berkelanjutan

  • by
  • Polyploidy adalah fenomena genetik pada tanaman di mana tanaman tersebut memiliki lebih dari dua set kromosom lengkap dalam inti selnya. Fenomena ini telah menjadi kekuatan pendorong dalam proses evolusi tanaman, menciptakan keanekaragaman genetik dan meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Dalam konteks pertanian modern, induksi polyploidy, terutama melalui teknik kultur jaringan (in vitro), menawarkan peluang besar untuk menghasilkan varietas tanaman unggul yang bersifat toleran terhadap stres abiotik, ketahanan terhadap penyakit, dan produktivitas yang meningkat.

    Klasifikasi dan Signifikansi Polyploidy

    Polyploidy dibagi menjadi autopolyploid (semua set kromosom identik) dan allopolyploid (gabungan dari dua spesies yang berbeda). Autopolyploid sering digunakan untuk menghasilkan buah tanpa biji (misalnya semangka dan pisang), sedangkan allopolyploid banyak ditemukan pada tanaman serealia seperti gandum dan kapas. Polyploidy mempercepat isolasi masa reproduktif tanaman dan pembentukan spesies baru, meningkatkan ukuran organ tanaman, produksi biomassa, dan sintesis metabolit sekunder.

    Metode Induksi Polyploidy In Vitro

    Metode Fisik
    • Peningkatan suhu: Perubahan suhu ekstrem dapat mengganggu pembelahan mitosis sel sehingga terjadi penggandaan kromosom, seperti pada Zea mays dan Pisum sativum.
    • Radiasi: Paparan sinar gamma atau X menciptakan ketidakstabilan kromosom yang memicu polyploidy, sekaligus menghasilkan variasi genetik baru.
    • Stres mekanis: metode polyploidy ini dapat memperkuat jaringan tanaman terhadap tekanan mekanis dan kondisi lingkungan yang ekstrem.
    Metode Kimia
    • Colchicine: Agen pengganda kromosom dengan cara menghambat pembentukan spindle (benang gelendong), sehingga menghasilkan duplikasi kromosom. Aplikasi ini banyak diterapkan pada semangka, wortel, dan bawang putih.
    • Oryzalin & Trifluralin: Agen mutasi yang dianggap lebih aman dibanding colchicine, cukup efektif digunakan pada beberapa spesies hortikultura.
    • Amiprofos-methyl: Pilihan alternatif agen mutasi untuk tanaman yang sulit diduplikasi kromosomnya secara spontan.
    Inovasi Bioteknologi
    • CRISPR-Cas9: Memungkinkan modifikasi genetik lebih presisi pada genom polyploid, mengatasi keterbatasan dengan pendekatan pemuliaan konvensional.
    • RNA interference (RNAi): Mengontrol ekspresi gen secara selektif, mengatasi efek jumlah ekspresi gen pada tanaman polyploid.
    • Protoplast fusion: Menghasilkan hibrida somatik antar spesies untuk menciptakan allopolyploid dengan sifat yang lebih unggul.
    Aplikasi dalam Perbaikan Tanaman

    Polyploidy telah banyak diaplikasikan untuk meningkatkan produktivitas pada tanaman gandum, kualitas serat kapas, ukuran buah pisang, serta rasa dan umur simpan pada stroberi. Teknik kultur jaringan secara in vitro sangat berperan dalam menghasilkan tanaman polyploid baru, mempercepat proses seleksi dan regenerasi dibanding metode konvensional. Seperti pada induksi polyploidy pada bawang putih yang mampu menghasilkan varietas dengan hasil yang lebih tinggi dan kualitas umbi yang lebih baik, sedangkan pada kapas meningkatkan kekuatan serat dan ketahanan penyakit.

    Perbandingan Metode Induksi Polyploidy

    Metode

    Kelebihan

    Kekurangan

    Contoh aplikasi tanaman

    Colchicine

    Efektif, mudah diaplikasikan, dan banyak referensi & data pendukung

    Toksik bagi manusia dan hewan, risiko mixoploidy tinggi

    Semangka, wortel, kapas

    Oryzalin/Trifluralin

    Lebih aman dari colchicine, efektif pada berbagai spesies hortikultura

    Dosis harus tepat, biaya lebih tinggi

    Bawang putih, bawang merah, hop

    Radiasi (gamma, X-ray)

    Memicu keragaman genetik tinggi

    Hasil tidak selalu stabil, potensi mutasi acak dengan sifat yang tak diinginkan

    Pisang, Cocona, Plukenetia volubilis

    CRISPR-Cas9

    Presisi sangat tinggi, bisa modifikasi gen spesifik

    Perlu fasilitas Lab. yang canggih & modern, regulasi GMO

    Gandum, kapas, kentang

    Protoplast fusion

    Bisa menggabungkan kromosom dari spesies berbeda (allopolyploid)

    Regenerasi tanaman dari protoplast kadang sulit dilakukan

    Kentang, tomat, tembakau

    Somatic doubling (thermal shock)

    Non-kimia, cocok untuk tanaman organik

    Efisiensi rendah, rentan mixoploidy

    Poplar, jagung, gandum


    Tantangan dan Prospek

    Meskipun polyploidy menawarkan banyak keuntungan, terdapat beberapa kendala seperti ketidakstabilan kromosom saat pembelahan meiosis, akumulasi mutasi yang bersifat merugikan, dan pertumbuhan yang lambat akibat ukuran sel yang lebih besar. Namun, dengan integrasi dengan teknik bioteknologi modern (CRISPR, RNAi, dan GBS), peluang untuk mengatasi kendala tersebut semakin terbuka.

    Polyploidy berpotensi besar dalam mendukung ketahanan pangan secara global, khususnya dalam menghadapi perubahan iklim. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan teknologi polyploidy perlu terus dioptimalkan untuk mendukung pertanian berkelanjutan.

    Referensi:

    Soomro, S.R., Soomro, S.N., Altaf, M.T. et al. Development of tetraploids in tissue culture: modern techniques and biotechnological innovations. Plant Cell Tiss Organ Cult 160, 51 (2025). https://doi.org/10.1007/s11240-025-02994-8
    Artikel Selengkapnya...

    Mengapa Jurnal Terindex Scopus Discontinue?

  • Monday, June 30, 2025
  • by
  • Dalam dunia akademik, Scopus telah menjadi salah satu acuan basis data sitasi terbesar dan paling bergengsi yang digunakan oleh para peneliti, dosen, dan lembaga riset di seluruh dunia. Namun, tidak semua jurnal yang semula terindeks di Scopus dapat bertahan lama. Setiap tahun, sejumlah jurnal terpaksa dihentikan atau dihapus dari daftar indexsasi Scopus (discontinue). Fenomena ini memunculkan banyak pertanyaan: mengapa hal ini bisa terjadi? Apa yang menjadi penyebab jurnal-jurnal tersebut discontinue, dan apa implikasinya bagi penulis dan komunitas masyarakat ilmiah?

    Standar Seleksi yang Ketat di dalam Indexsasi Scopus

    Scopus tidak hanya berperan sebagai pengindeks karya ilmiah, tetapi juga sebagai penjaga kualitas literatur akademik global. Sejak tahun 2009, Scopus membentuk Content Selection & Advisory Board (CSAB), yakni dewan independen yang bertugas menyeleksi dan meninjau jurnal-jurnal yang masuk ke dalam database mereka. Dewan ini bertanggung jawab menjaga agar hanya jurnal berkualitas saja yang dapat diakses pengguna Scopus (Quvae, 2023). Dengan demikian, proses seleksi jurnal Scopus bukanlah proses yang dilakukan dari evaluasi satu kali saja. Setiap jurnal diawasi dan dinilai secara berkala untuk memastikan tetap mematuhi standar yang ditetapkan oleh Scopus.

    Alasan Jurnal Dihapus dari Database Scopus

    Berdasarkan informasi dari web Quvae (2023) dan sumber pendukung lain, terdapat empat alasan utama utama mengapa jurnal dapat discontinue dari indexsasi Scopus:

    1️. Publication Concerns (Masalah pada Proses Penerbitan)

    Jurnal dapat dihapus dari list database Scopus jika ditemukan adanya kekeliruan serius dalam proses editorial, seperti lemahnya sistem peer review, manipulasi publikasi, atau bahkan dugaan keterlibatan dalam aktivitas paper mill (pabrikasi artikel) yang memproduksi artikel secara massal tanpa uji kualitas konten yang memadai. Praktik semacam ini merusak integritas ilmu pengetahuan dan membuat jurnal kehilangan kredibilitasnya.

    2️. Under-Performance (Kinerja yang Rendah)

    Kinerja jurnal diukur melalui berbagai indikator, termasuk CiteScore dan angka sitasi. Jurnal yang kinerjanya jauh di bawah standar sesuai scope bidangnya (misalnya jurnal dengan skor sitasi hanya setengah dari rata-rata bidangnya) berisiko dicoret dari indexsasi Scopus. Hal ini menunjukkan bahwa jurnal tersebut gagal memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

    3️. Outlier Performance (Performa yang bersifat Anomali/ tidak wajar)

    Terkadang, sebuah jurnal mengalami lonjakan publikasi atau sitasi secara tiba-tiba dalam jumlah yang tidak wajar. Peningkatan ini bisa menjadi indikator adanya manipulasi, baik dari segi sitasi silang (citation stacking) maupun penerbitan artikel dalam volume yang besar tanpa kendali mutu yang baik (proses peer review). Hal ini kerap terjadi pada jurnal yang membuka terlalu banyak edisi khusus (special issue).

    4️. Continuous Curation (Kurasi Secara Berkelanjutan)

    Scopus menerapkan pemantauan secara terus-menerus terhadap setiap jurnal yang deindex di databasenya. Jika sebuah jurnal menunjukkan penurunan mutu secara konsisten, misalnya dalam hal integritas editorial, kualitas artikel, atau proses peer review, maka jurnal tersebut dapat dihapus dari indeks. Kurasi ini menjadi bentuk tanggung jawab Scopus untuk menjaga kualitas ekosistem ilmiah (Quvae, 2023).

    Praktik dan Ancaman Paper Mill (Pabrikasi Artikel Jurnal)

    Salah satu tantangan terbesar dalam dunia penerbitan ilmiah saat ini adalah maraknya praktik paper mill. Paper mill merupakan pihak yang memproduksi artikel ilmiah secara massal dengan kualitas rendah atau bahkan hasil fabrikasi, hanya demi keuntungan finansial dari APC yang mereka adakan. Jurnal-jurnal yang terjebak bekerja sama dengan pihak semacam ini biasanya kehilangan kontrol atas mutu artikel yang mereka terbitkan. Akibatnya, Scopus terpaksa mengambil tindakan tegas dengan menghentikan pengindeksan jurnal tersebut (Elsevier, 2021).

    Dampak Penghapusan Indexsasi Scopus bagi Penulis (Peneliti maupun Dosen)

    Banyak penulis merasa cemas ketika jurnal tempat mereka menerbitkan artikel dicoret dari Scopus. Namun penting untuk dipahami, penghapusan ini hanya berlaku ke depan (tidak berlaku surut). Artinya, artikel yang sudah terbit sebelumnya tetap terindeks dan dapat disitasi. Validitas dan keberlakuan artikel tersebut sebagai karya ilmiah tidak dibatalkan. Penulis hanya perlu lebih berhati-hati dalam memilih jurnal untuk publikasi berikutnya (Elsevier, 2021; Quvae, 2023).

    Pentingnya Arsip dan Transparansi Publikasi

    Fenomena penghapusan jurnal ini juga menegaskan pentingnya keberadaan sistem arsip digital seperti CLOCKSS atau Portico. Jurnal yang tidak memiliki mekanisme arsip publik berisiko hilang ketika dicabut dari database pengindeks Scopus. Hal ini tentu berbahaya bagi keberlanjutan akses ilmu pengetahuan, terutama bagi penulis dan pembaca yang ingin mengakses artikel-artikel lama dari Jurnal tersebut.

    Pentingnya Menjaga Integritas Ilmu Pengetahuan

    Penghapusan jurnal dari indexsasi Scopus seharusnya menjadi cermin bagi semua pihak, baik penerbit, editor, maupun penulis. Dunia akademik harus selalu menjunjung tinggi integritas, transparansi, dan mutu dalam setiap publikasi ilmiah. Bagi para penulis, bijaklah dalam memilih jurnal dengan memastikan kredibilitas dan rekam jejaknya. Sementara bagi penerbit, penting untuk senantiasa menjaga proses editorial yang jujur, profesional, dan sesuai standar. Dengan demikian, marwah publikasi ilmiah dapat tetap terjaga demi kemajuan ilmu pengetahuan.

    Referensi:
    • Quvae. (2023). Understanding Why Journals Are Discontinued from Scopus. https://www.quvae.com/blog/understanding-why-journals-are-discontinued-from-scopus
    • Elsevier. (2021). Scopus Content Coverage Guide. https://www.elsevier.com/solutions/scopus/how-scopus-works/content
    • Scopus. (2021). Title evaluation process. https://www.elsevier.com/solutions/scopus/how-scopus-works/content/content-policy-and-selection
    Artikel Selengkapnya...

    Pemagangan Riset MBKM BRIN untuk Mahasiswa S1 dengan tema Riset Kultur Jaringan Tanaman

  • Sunday, June 29, 2025
  • by
  • Bagi Anda
    Mahasiswa S1 Program Studi Biologi, Bioteknologi, Pertanian, Agroteknologi, Pemuliaan Tanaman, Agronomi, dan Budidaya Pertanian di seluruh Indonesia

    Bersama ini kami sampaikan bahwa Kelompok Penelitian Manipulasi Selular Cekaman Abiotik, Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Bogor, membuka kesempatan bagi mahasiswa S1 untuk mengikuti Program Pemagangan Riset dengan skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

    Program pemagangan riset ini ditujukan bagi mahasiswa dari program studi Biologi, Bioteknologi, Pertanian, Agroteknologi, Pemuliaan Tanaman, Agronomi, dan Budidaya Pertanian, serta dapat dilanjutkan ke skema riset Tugas Akhir (Skripsi) sesuai bidang keilmuan yang relevan.

    Bagi mahasiswa yang berminat mengikuti program ini, silakan melengkapi formulir pendaftaran pada tautan berikut:


    Demikian informasi ini kami sampaikan. Kami sangat berharap talenta-talenta muda dari berbagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia dapat berpartisipasi dan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.

    Atas perhatian dan kerja samanya, kami ucapkan terima kasih.

    Hormat kami,

    Dr. Rudiyanto, S.P., M.Si.
    Peneliti Pusat Riset Botani Terapan Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL)
    Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)




    Artikel Selengkapnya...

    Kegagalan Yang Membuatmu Rendah Hati Lebih Baik daripada Kesuksesan yang Menumbuhkan Arogansi

  • by
  • Dalam perjalanan kehidupan, kita dihadapkan pada dua realitas yang tidak terelakkan: kegagalan dan keberhasilan di dalam hidup. Ada sebuah kutipan dari seorang bijak"A mistake that makes you humble is better than an achievement that makes you arrogant", kutipan ini mencerminkan nilai yang mendalam tentang pendidikan moral dari sebuah pengalaman hidup. Tulisan ini akan mengulas bagaimana sebuah kegagalan membentuk karakter humble atau rendah hati, dan mengapa keberhasilan yang instan dapat memicu munculnya arogansi, serta pentingnya membangun sikap rendah hati sebagai fondasi kepribadian.

    Kegagalan sebagai Guru Kehidupan

    Kegagalan dalam perkembangan psikologi seseorang sering dipandang sebagai tahap yang sangat penting untuk sebuah proses pembelajaran. Jean Piaget, seorang psikolog terkemuka, menyatakan bahwa proses belajar anak — dan juga orang dewasa — lahir dari proses asimilasi dan akumulasi terhadap pengalaman hidup, termasuk juga kegagalan yang dialaminya (Piaget, 1972). Kegagalan akan memaksa individu untuk meninjau ulang pemahaman, mengoreksi diri, dan dapat beradaptasi dengan realitas kehidupan yang ada.

    Dalam konteks ini, kegagalan yang membawa kesadaran diri yang mendalam justru membuka jalan bagi kerendahan hati. Seorang ilmuwan besar, Sir Isaac Newton, pernah menyatakan: “If I have seen further, it is by standing on the shoulders of giants”. Meski pencapaiannya karyanya monumental, ia menyadari bahwa setiap keberhasilan yang ia capai lahir dari kerja kolaboratif dan upaya yang kolektif, bukan semata kekuatan dirinya pribadi. Kesadaran ini sering tumbuh dari pengalaman jatuh-bangun, bukan dari kemenangan yang ia raih.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fisher dan Frey (2015) menyebutkan bahwa kesalahan dalam proses pembelajaran akan mendorong perkembangan “growth mindset” yakni pola pikir yang melihat kegagalan sebagai sebuah peluang perbaikan, dan bukan akhir dari segalanya. Orang dengan growth mindset cenderung lebih rendah hati, karena memahami betapa rentannya diri terhadap kesalahan yang akan terjadi di kelak kemudian hari. Allah-Subhanahu wa ta'ala- berfirman di dalam Al-Qur’an:
    "Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong. Sungguh, engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan dapat menyamai tingginya gunung." (QS. Al-Isra: 37)
    "Dan apa saja musibah yang menimpamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syura: 30)
    Keberhasilan dan Arogansi: Bahaya yang Mengintai

    Berbeda dengan kegagalan yang mendewasakan, keberhasilan instan dapat menimbulkan efek sebaliknya jika tidak disertai kesadaran diri. Dalam psikologi sosial, terdapat istilah hubris syndrome, yaitu kondisi di mana seseorang yang terus-menerus mengalami keberhasilan mulai menunjukkan sikap arogansi, merasa superior, dan enggan mendengarkan masukan orang lain (Owen & Davidson, 2009). Arogansi ini dapat merusak hubungan interpersonal, menghambat kolaborasi, bahkan menjerumuskan individu pada keputusan buruk karena sifat yang terlalu percaya diri.

    Studi lain dari Anderson et al. (2012) menemukan bahwa orang yang memperoleh status atau keberhasilan sering kali menilai diri lebih kompeten daripada kenyataannya (overconfidence bias). Efek ini menjadi lebih parah ketika keberhasilan diterima tanpa tantangan berarti atau tidak dikaitkan dengan sebuah refleksi diri. Rasulullah bersabda dalam sebuah haditsnya:
    "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan." (HR. Muslim no. 91)
    "Barangsiapa merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya. Dan barangsiapa sombong, maka Allah akan menghinakannya."(HR. Muslim no. 2588)
    Kerendahan Hati: Pilar Kepemimpinan dan Kebijaksanaan

    Kerendahan hati yang lahir dari kegagalan tidak hanya membangun karakter pribadi tetapi juga menjadi kualitas utama dalam kepemimpinan yang efektif. Jim Collins dalam bukunya Good to Great (2001) menguraikan bahwa pemimpin-pemimpin hebat adalah mereka yang memiliki kombinasi antara tekad kuat dan kerendahan hati. Mereka cenderung mengakui kesalahan, belajar dari bawahannya, dan tidak mendewakan pencapaian pribadi.

    Kerendahan hati membuat seseorang terus membuka diri terhadap kritik, masukan, dan pembelajaran sepanjang hayat. Ini penting bukan hanya dalam kehidupan pribadi seseorang akan tetapi juga dalam hidup bermasyarakat. Individu yang rendah hati cenderung memperkuat kohesi sosial, sedangkan arogansi justru akan memecah belah. Adapun keutamaan sifat rendah hati ini, Allah-Subhanahu wa ta'ala-sebut di dalam Al-Qur’an:
    "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan 'salam'." (QS. Al-Furqan: 63)
    Memaknai Proses Bukan dari Sekadar Capaian Semata

    Pada akhirnya, hal ini mengajarkan kita bahwa nilai sejati sebuah proses pengalaman tidak terletak pada sukses atau gagal secara lahiriah, melainkan pada bagaimana pengalaman itu membentuk sifat hati dan akhlak kita. Kegagalan yang mengajarkan kerendahan hati adalah anugerah tersembunyi yang menuntun kita pada kebijaksanaan. Sebaliknya, keberhasilan instan yang mengaburkan pandangan kita hingga menumbuhkan arogansi adalah godaan yang sering menjatuhkan.

    Sebagai refleksi, setiap individu dihadapkan pada pilihan: Apakah akan menjadikan kegagalanya sebagai guru atau cukup dengan mengagungkan prestasinya hingga ia sendiri kehilangan arah? Dunia yang penuh tantangan hari ini menuntut kita untuk lebih mengedepankan karakter, di mana kerendahan hati adalah salah satu sifat yang sangat berharga.

    Referensi:
    • Anderson, C., Brion, S., Moore, D. A., & Kennedy, J. A. (2012). A status-enhancement account of overconfidence. Journal of Personality and Social Psychology, 103(4), 718-735.
    • Collins, J. (2001). Good to Great: Why Some Companies Make the Leap... and Others Don't. Harper Business.
    • Fisher, D., & Frey, N. (2015). Better learning through structured teaching: A framework for the gradual release of responsibility. ASCD.
    • Owen, D., & Davidson, J. (2009). Hubris syndrome: An acquired personality disorder? A study of US Presidents and UK Prime Ministers over the last 100 years. Brain, 132(5), 1396-1406.
    • Piaget, J. (1972). The psychology of the child. Basic Books.
    Artikel Selengkapnya...

    Indonesia Negeri Paling Dermawan, Perlukah Tata Kelola Pengumpulan Donasi?

  • by
  • Baru-baru ini, Charities Aid Foundation (CAF) kembali menempatkan Indonesia di peringkat nomor satu dalam World Giving Index (WGI) 2024. Prestasi ini tentu membanggakan. Indonesia tercatat sebagai “negara paling dermawan di dunia”, mengungguli negara-negara maju dan kaya seperti Amerika Serikat, Kanada, Uni Emirat Arab, hingga Arab Saudi.

    Namun, ketika euforia ini menyeruak, muncul juga pertanyaan kritis: kok bisa? Bukankah ekonomi Indonesia belum sekuat negara-negara Barat atau Timur Tengah? Apakah dermawan kita benar-benar setulus itu, atau ada sisi lain yang perlu dicermati?

    Dermawan karena Partisipasi, Bukan Jumlah

    Perlu diketahui, bahwa variable WGI tak mengukur seberapa besar total donasi yang terkumpul di sebuah negara. Indeks ini menilai dari tingkat partisipasi masyarakat dalam aksi memberi: membantu orang asing, berdonasi uang, dan menjadi relawan.

    Di Indonesia, partisipasi itu sangat tinggi:
    ·         9 dari 10 orang dewasa pernah berdonasi.
    ·         Hampir 7 dari 10 orang membantu orang asing.
    ·         Sekitar 6 dari 10 orang terlibat dalam kegiatan sukarela.

    Inilah wajah Indonesia yang penuh empati. Budaya gotong royong dan solidaritas memang telah mendarah daging dalam kehidupan kita.

    Sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya berbagi, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta'ala:
    "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 261)
    Dan sabda Rasulullah -Shallallahu ’alaihi wasallam-:
    "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tangan di atas adalah yang memberi, dan tangan di bawah adalah yang meminta." (HR. Bukhari dan Muslim)
    Celah Penyelewengan di Era Sosial Media

    Namun, fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa kedermawanan tanpa sistem pengawasan yang kuat bisa menjadi ladang subur bagi penipuan berkedok donasi. Di banyak negara maju, setiap lembaga penggalang dana wajib terdaftar resmi, laporan keuangannya diaudit, dan diawasi ketat untuk mencegah penyalahgunaan. Di Indonesia, pengawasan semacam ini masih lemah. Siapa saja bisa dengan mudah menggalang dana, bahkan hanya bermodal media sosial.

    Kasus pasangan selebgram muslim mualaf di Inggris beberapa tahun silam menjadi contoh nyata, bagaimana kedermawanan publik bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Pasangan ini tampil seolah pasangan muslim yang taat: sang wanita berhijab, sang pria bersorban dan berjenggot, dan keduanya rajin mempublikasikan aktivitas keagamaan mereka, mulai dari sholat jamaah bersama keluarga hingga kegiatan pengajian bersama. Dengan citra islami yang mereka publikasikan, mereka berhasil menggaet banyak pengikut dari kalangan muslim semi-liberal di Inggris.

    Dari ketenaran itu, mereka menggalang donasi hingga ratusan ribu poundsterling, yang konon diperuntukkan untuk muslim Rohingya, korban banjir di India, dan lainnya. Namun, dugaan kehidupan ganda mereka terbongkar saat netizen menemukan foto-foto yang menunjukkan gaya hidup mewah mereka di “second account” Instagram mereka. Tak hanya itu, muncul pula dugaan penyalahgunaan dana donasi yang berbuntut pembekuan dana tersebut oleh pihak berwenang.

    Pelajaran penting dari kasus ini: bukan atribut agamanya yang salah, bukan hijabnya, bukan sorban atau jenggotnya. Yang keliru adalah orang-orang yang menjadikan agama sebagai komoditas dagangan untuk meraih keuntungan pribadi. Sosial media menjadi wahana subur untuk itu. Karena itulah kita, sebagai masyarakat, perlu lebih waspada dan menggunakan akal sehat dalam setiap interaksi digital kita.

    Di sinilah pentingnya kita mengingat peringatan Nabi -Shallallahu ’alaihi wasallam-:
    "Barang siapa menipu, maka ia bukan termasuk golonganku." (HR. Muslim)
    Sungguh celaka orang yang menjadikan agama sebagai komoditas untuk meraih keuntungan pribadi.

    Saatnya Tata Kelola Donasi Lebih Baik

    Prestasi Indonesia di WGI 2024 sepatutnya menjadi momen refleksi: budaya berbagi harus diimbangi dengan budaya akuntabilitas. Pemerintah bersama lembaga-lembaga seperti BAZNAS, Kemenag, OJK, dan aparat penegak hukum harus memperkuat regulasi dan pengawasan terhadap aktivitas penggalangan dana. Laporan keuangan harus transparan, audit wajib dilakukan, dan masyarakat harus lebih kritis sebelum menyalurkan donasi.

    Sesuai dengan perintah Allah -Subhanahu wa ta'ala-agar amanah dijaga dengan baik:
    "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil..." (QS. An-Nisa: 58)
    Jangan sampai, karena ulah segelintir oknum, kepercayaan masyarakat pada aksi sosial justru runtuh. Jangan pula semangat berbagi kita tercoreng hanya karena kita lengah membedakan mana derma sejati dan mana tipu daya berkedok amal.

    Kedermawanan adalah aset moral bangsa. Agar tetap mulia, ia harus dilandasi kejujuran, transparansi, dan tanggung jawab. Di era digital, di mana penggalangan dana begitu mudah dilakukan, mari kita saling mengingatkan untuk berbagi dengan hati bersih dan akal yang sehat.
    Artikel Selengkapnya...

    Pencarian

    ScienceDaily Biotechnology News

     
    Copyright (c) 2025 |Dr. Rudiyanto, SP., M.Si.|Associate Researcher at Research Center for Applied Botany BRIN, Indonesia