Showing posts with label Wacana. Show all posts
Showing posts with label Wacana. Show all posts

Engkau Tidak Mungkin Membenci Dirimu Sendiri, di Masa Depan!

 Seorang bijak pernah menuturkan: "Engkau tidak mungkin membenci dirimu sendiri di masa depan"

 Jika saat ini engkau hasad, iri, dengki dan membenci orang yang Shaleh,...maka selamanya engkau tidak akan pernah menjadi orang yang shaleh


Jika engkau hasad, iri, dengki serta membenci orang yang berilmu ,...maka selamanya engkau tidak akan pernah memiliki ilmu


Jika engkau hasad, iri, dengki dan membenci orang yang sukses ,...maka selamanya engkau tidak akan pernah menjadi sukses


Jika engkau hasad, iri, dengki dan membenci orang yang kaya ,...maka selamanya engkau tidak akan pernah menjadi kaya

 


Karena engkau,....tidak mungkin membenci dirimu sendiri di masa depan

 

Artikel Selengkapnya...

Apakah Hakekat Kebenaran itu?..... What is the ultimate truth?

  Di dalam kitab Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- pernah memberikan definisi serta batasan dari makna kata “Dhallin”, beliau berkata: 

“Orang yang sesat,…adalah orang yang menyangka bahwa dirinya itu berada di atas jalan kebenaran, sedangkan dia sendiri tidak tahu,…..apa itu kebenaran?” 

Lantas apa sih kebenaran itu? Ada yang berpendapat bahwa kebenaran itu adalah sesuatu yang sesuai dengan hati nurani dan akal sehat. Namun kemudian timbul beberapa pertanyaan:


1.Apabila hati nurani saya dengan hati nurani anda berbeda dan hati nurani fulans (orang lain jamak) juga berbeda, lantas hati nurani siapakah yang berada di atas kebenaran dan hati nurani siapakah yang bisa dijadikan sandaran atas nilai kebenaran itu?


2.Apabila akal sehat saya dengan akal sehat anda berbeda serta akal sehat fulans juga berbeda, lantas akal sehat siapakah yang berada di atas kebenaran dan akal sehat siapakah yang bisa dijadikan rujukan atas nilai kebenaran itu?


3.Apabila dikatakan sesuai dengan akal sehat, tentu akan ada akal yang sakit. Terus siapa Dokter/ Psikolog yang berhak menentukan bahwa si A akalnya sehat dan si B akalnya sakit. Dokter/ Psikolognya siapa?????


Ada lagi yang berpendapat bahwa kebenaran itu sesuatu yang bersifat relatif/ nisbi. Tapi kemudian ada pertanyaan lagi, bagaimana hal itu bisa terjadi? Bagaimana mungkin sesuatu yang berbeda dan bertentangan antara satu dengan yang lain kemudian dikatakan dua-duanya sama dan dua-duanya benar? Tiga-tiganya sama dan tiga-tiganya benar, Empat-empatnya sama dan empat-empatnya benar dst.


Jika kebenaran itu nisbi tentu saat lulus dari kuliah dulu transkrip nilai kita sama semuanya, IPK kita sempurna (Summa Cum laude/ 4.00). Karena kebenaran itu relatif maka Dosen tidak boleh merasa benar sendiri kemudian menghukumi mahasiswanya salah, karena apa yang ditulis oleh mahasiswa di lembar jawaban saat ujian dulu adalah benar menurut hati nuraninya masing-masing.


Begitu juga dengan penyelenggara test kompetensi, TPA, TOEFL dll, karena kebenaran itu relatif maka penyelenggara test harusnya menghormati serta menghargai pilihan-pilihan peserta test dan tidak boleh menyalahkan pilihan jawaban mereka. Karena kebenaran itu relatif maka pada saat lulus dari kuliah dulu IPK kita 4.00 dan skor test kita sempurna. Semuanya senang, semuanya happy,…itu ekspektasinya…… tapi realitanya??????


Jadi kesimpulannya,….Apa sih kebenaran itu??  What is the ultimate truth? 

Silahkan direnungkan,…..mudah-mudahan anda dapat menemukan titik temu!!!!

Artikel Selengkapnya...

Apakah menjadi kaya itu sesuatu yang tercela?

Menjadi kaya bukanlah sesuatu yang tercela, akan tetapi cara untuk menjadi kaya serta digunakan untuk apa kekayaan itulah yang menentukan seseorang itu tercela atau mulia.

Nabi Daud dan Nabi Sulaiman -Alaihisallam- adalah seorang Raja dan memiliki kekayaan yang tak seorangpun mampu menandinginya di zamannya, akan tetapi mereka berdua dikenal sebagai pribadi yang shaleh serta Zuhud terhadap dunia.

Dunia ada di genggaman tangannya akan tetapi hati mereka di akherat.
Menjadi kaya itu bukanlah ketika kamu mampu membeli segala sesuatu,......
Namun menjadi kaya itu adalah,.... ketika segala sesuatu tidak mampu membelimu,.....membeli prinsipmu,.....membeli integritasmu
Artikel Selengkapnya...

Bagaimana Pandangan Islam tentang Rasisme?

Tidak ada keutamaan orang Arab atas orang ajam (non Arab). Tidak pula Orang Asia atas bangsa Eropa. Islam tidak pernah mengatakan bahwa orang Arab lebih mulia sementara orang Bule (Eropa) tercela.

Di Arab sendiri kita mengenal sosok yang bernama Abu Jahal, Abu Lahab, Abdullah bin Ubay bin Salul dan yang semisal dengan mereka. Tidaklah disebut nama mereka, kecuali umat Islam mendoakan dengan doa kejelekan untuk mereka. Laknatullah alaih (Semoga Allah Ta'alla melaknat mereka). Padahal mereka bertiga adalah orang-orang Arab.
Kitapun mengenal Ulama besar yang bernama Muhammad bin Ismail Al-Bukhari atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari? Darimana beliau berasal? Dari negri Bukhara (Eropa Timur) beliau adalah orang yang berkulit putih.
Kitapun mengenal Sahabat Nabi yang bernama Suhaib Ar-Rumi. Meskipun ahli sejarah berpendapat bahwa Sahabat Suhaib tidak asli keturunan bangsa Romawi akan tetapi disebutkan dalam kitab Tarikh bahwa beliau seseorang yang berambut pirang (Orang bule).
Tidaklah disebut nama Imam Bukhari kecuali umat Islam mendoakan kebaikan untuk beliau -Rahimahullah- (Semoga Allah Ta'alla Merahmati beliau). Dan Tidaklah disebut nama Sahabat Suhaib Ar-Rumi kecuali diiringi doa -RadhiAllahuanhu- (Semoga Allah Ta'alla Meridhainya).
Maka siapapun anda? Apakah anda orang Arab, Orang Tiongkok, Orang Jawa, Orang Sunda, Orang Batak, Orang Papua. Apakah anda orang berkulit putih, sawo matang maupun berkulit gelap. Apakah anda berambut lurus, bergelombang maupun berambut keriting. Disisi Allah Ta'alla anda adalah sama, yang membedakan hanyalah keimanan dan ketakwaannya, itu saja.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
Anda yang tampan, yang cantik maupun anda yang biasa-biasa saja, dimata Allah Ta’alla anda adalah sama. Anda menjadi orang kaya maupun menjadi orang miskin, Allah Ta’alla tidak membeda-bedakannya. Tetapi Allah Ta’alla melihat kepada hati dan juga amal-amalan kita.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata: Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa (wajah) kalian dan tidak pula harta-harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amalan-amalan kalian" (HR. Muslim)
Artikel Selengkapnya...
 
Copyright (c) 2024 |Dr. Rudiyanto, SP., M.Si.|Associate Researcher at Research Center for Applied Botany BRIN, Indonesia