Memang
benar bahwa beberapa ilmuwan besar khususnya di bidang Humaniora dan Ilmu
Sosial (HSS) lebih dikenal luas melalui karya-karya bukunya yang berdampak bagi
masyarakat luas daripada publikasi jurnalnya. Namun, penting juga untuk
memahami bahwa dinamika akademik saat ini telah berkembang, dan publikasi di
jurnal bereputasi termasuk jurnal terindex Scopus & WOS Q1-Q4 juga
memainkan peran penting dalam pengakuan karya ilmiah dan penyebaran ilmu pengetahuan.
1. Buku dan
jurnal memiliki fungsi yang berbeda namun saling melengkapi. Buku seringkali digunakan untuk menyampaikan argumen yang
kompleks dan menyeluruh, sementara jurnal memungkinkan penyebaran temuan terkini
atau ide gagasan dalam bentuk yang lebih ringkas dan sistematis serta dapat
diuji secara peer-review.
2. Kualitas
jurnal mencerminkan standar ilmiah.
Untuk bisa menerbitkan jurnal bereputasi (Terindex Scopus maupun WOS Q1-Q4) maka
perlu menjalani proses review yang sangat ketat. Artikel yang diterbitkan di
dalamnya seringkali menjadi rujukan utama dalam pengembangan teori dan metodologi
ilmiah, khususnya dalam konteks global. Karya ini juga menjadi tolok ukur
objektif untuk menilai kualitas sebuah karya ilmiah.
3. Publikasi
jurnal ilmiah memperluas jangkauan pengaruh.
Seringkali buku memiliki jangkauan yang terbatas pada kalangan tertentu atau
bahasa tertentu, sedangkan jurnal internasional yang bereputasi dapat
menjangkau komunitas akademik secara global dan berkontribusi pada diskusi
ilmiah para ilmuwan secara internasional.
4. Perubahan
ekosistem akademik. Di banyak negara, termasuk
Indonesia, sistem penilaian akademik kini menekankan pentingnya publikasi
jurnal bereputasi untuk mendorong adanya transparansi, akuntabilitas, dan
standarisasi kualitas karya tulis ilmiah. Hal ini bukan berarti mengabaikan
pentingnya buku, namun hal ini dapat menciptakan equilibrium baru antara dua
bentuk publikasi dengan format berbeda.
5. Banyak
ilmuwan besar juga aktif menulis di jurnal.
Jika kita menelusuri rekam jejak beberapa ilmuwan terkemuka saat ini, mereka
tidak hanya menulis beberapa buku monumental, namun juga aktif mempublikasikan
artikel di jurnal akademik sebagai bagian dari proses aktualisasi karya intelektual
mereka.
Narasi yang menyatakan bahwa "ilmuwan hebat hanya akan dikenal lewat buku"
kurang tepat dalam konteks akademik modern. Buku sangat penting, tetapi jurnal ilmiah
juga krusial. Keduanya adalah medium intelektual yang valid dan perlu dipahami
dalam konteksnya masing-masing.