Showing posts with label BAP. Show all posts
Showing posts with label BAP. Show all posts

Kultur Tunas (Aguilaria malaccensis Lamk.) pada Beberapa Media dengan Penambahan Sitokinin untuk Konservasi In Vitro

Tanaman penghasil Gaharu merupakan jenis tumbuhan termasuk ke dalam daftar CITES Appendix II, sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi pengambilannya dari alam dan menggantikannya dengan tanaman Gaharu hasil budidaya. Aquilaria malaccensis adalah salah satu jenis tanaman Gaharu yang perlu dilakukan konservasi. Kultur jaringan merupakan salah satu teknik untuk konservasi tanaman secara in vitro. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kultur tunas A. malaccensis pada media MS dan WPM dengan penambahan sitokinin. Eksplan yang digunakan adalah tunas pucuk dan dua macam buku (buku atas dan buku paling bawah). Media perlakuan yang digunakan adalah media MS tanpa sikokinin, MS dengan penambahan 0,5 atau 1 ppm BAP, WPM dengan penambahan 0,5 ppm BAP atau 1 ppm zeatin, dan modifikasi MS dengan penambahan 0,1 ppm BAP. Parameter pengamatan meliputi tinggi eksplan, jumlah daun eksplan tertinggi, jumlah daun total, jumlah tunas samping, jumlah anakan dan jumlah akar, yang diamati setiap minggu selama 8 minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa media MS tanpa penambahan sitokinin terbaik untuk pertumbuhan tinggi tunas dan jumlah daun tunas tertinggi pada eksplan tunas pucuk, sedangkan modifikasi media MS dengan penambahan 1 ppm BAP terbaik untuk jumlah total daun dan jumlah tunas samping dari eksplan buku bawah. Eksplan buku atas membentuk akar pada media MS tanpa penambahan sitokinin. Media MS tanpa sitokinin juga terbaik untuk pembentukan anakan dari eksplan buku terbawah.

Hapsari, BW, Rudiyanto, Ermayanti, TM. 2019. Kultur Tunas (Aguilaria malaccensis Lamk.) pada Beberapa Media dengan Penambahan Sitokinin untuk Konservasi In Vitro. Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar. Pusat Penelitian Biologi, LIPI. 1: 297-309, 2018/9/27

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Mikropropagasi Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) cv Kristal dengan Perlakuan Sitokinin

Guava (Psidium guajava L.) cv Kristal is a horticultural comodity that is popular in Indonesia due to its good taste and nutrition. Micropropagation is necessary to be carried out to support conventional propagation through for plant improvement and conservation purposes. The objective of this research was to investigate micropropagation of guava cv Kristal on MS medium containing cytokinin. Factorial completely randomized design were used as experimental design with three types of cytokinin i.e., Kinetin, 2-iP, BAP at 0; 0.5; 1.0; 2.0 mg/l respectively. Shoot height, number of leaves, number of nodes, number of shoots and number of roots were observed weekly from 0-8 weeks after planting. Anova analysis showed that type of cytokinin significantly affected numbers of leave, node, shoot and root but not significantly for shoot height. Concentration affected significantly to plant height and numbers of root, numbers of leave, node and shoots. Combination of three type of ctokinins and concentration affected on shootand root numbers, nembers of leave and node, and shoot height. Treatment with 1 mg/l kinetin gave the highest shoot height, and 0.5 – 2 mg/l BAP gave the highest number of leaves and number of nodes but the highest number of shoot were obtain by treatment BAP 1-2 mg/l. Additional of cytokinin had no significant effect on number of roots..

Rantau, D. E., D. R. Rudiyanto, and B. W. Wulandari. "Hapsari dan TM Ermayanti.(2018). Mikropropagasi Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) cv Kristal dengan Perlakuan Sitokinin." Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas untuk Kehidupan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat–Pusat Kajian Lingkungan dan Konservasi Alam. Fakultas Biologi–Universitas Nasional–Jakarta. Vol. 21. 2018.

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Pertumbuhan Kultur Tunas Kentang Merah (Solanum Tuberosum) Pada Media MS (Murashige & Skoog) dengan Perlakuan Konsentrasi dan Jenis Sitokinin

Kentang (Solanum tuberosum) berperan penting untuk menunjang program diversifikasi pangan pokok selain serealia. Kentang merah yang merupakan salah satu komoditas lokal unggulan di beberapa daerah di Indonesia perlu dikembangkan untuk tujuan produksi maupun konservasi. Kultur jaringan tanaman merupakan salah satu metode yang tepat digunakan untuk tujuan tersebut. Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat meningkatkan multiplikasi tunas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi sitokinin terhadap pertumbuhan tunas kentang merah secara in vitro. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor yang diujikan adalah jenis zat pengatur tumbuh yaitu Kinetin, 2-iP dan BAP dengan konsentrasi 0.0, 0.5, 1.0 dan 2.0 mg/L. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buku dan jumlah akar. Pengamatan dilakukan setiap minggu hingga tunas berumur 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi sitokinin tidak berpengaruh terhadap tinggi tunas dan jumlah buku. Tunas tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa sitokinin. Perlakuan 0,5 mg/L 2-iP menghasilkan jumlah daun dan jumlah buku tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya kecuali jumlah buku pada perlakuan 1 mg/L kinetin. Jumlah akar terbanyak terdapat pada perlakuan 1 mg/L Kinetin dan 1 mg/L 2-iP.

Rudiyanto, Rantau. "DE, & Ermayanti, TM (2016). Pertumbuhan Kultur Tunas Kentang Merah (Solanum tuberosum) pada Media MS (Murashige & Skoog) dengan Perlakuan Konsentrasi dan Jenis Sitokinin." Dalam Seminar Nasional XXV “kimia dalam Industri dan Lingkungan”, Yogyakarta. Vol. 17. 2016.

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Pertumbuhan Dan Morfologi Kultur Tunas Sempur (Dillenia philippinensis Rolfe) Pada Media MS-BAP-NAA

Propagation of sempur (Dillenia philippinensis Rolfe) using conventional vegetative methods is considered ineffective due to slow process and low germination level. Propagation by tissue culture is considered more effective because it does not depend on the season and requires less plant material. It can benefit sempur conservation since it is categorized as threatened with extinction in 2020 on the IUCN red list. This study aimed to evaluate the effect of BAP and NAA on the growth of sempur’s shoots and to observe the morphology of shoot culture. The media used as a control was MS without growth regulators. The treatment medium was MS with the addition of BAP and NAA. Shoots were used as explants. Shoot growth and plantlet morphology were observed eight weeks after planting. The results indicated that the combination of 1 mg/l BAP and 0.5 mg/l NAA resulted in the highest total number of leaves, nodes and adventitious shoots. The combination of BAP and NAA, each 1 mg/l, resulted in the highest fresh weight and callus formation. The combination of 1 and 2 mg/l BAP and 0.5-1 mg/l NAA could not form roots. In comparison, the combination of BAP and NAA in culture media could change the shape and size of the leaves. The survival rate of growth of plantlets derived from MS medium was 50% at 22 weeks after acclimatization.

Rantau, D. E., Wulandari, D. R., Ermayanti, T. M., Rudiyanto, R., Hapsari, B. W., Wulansari, A. & Firdaus, H. L. Pertumbuhan Dan Morfologi Kultur Tunas Sempur (Dillenia philippinensis Rolfe) Pada Media MS-BAP-NAA. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 18 (1):65-78. DOI: https://doi.org/10.20886/jpht.2021.18.1.65-78

Link Download

Artikel Selengkapnya...
 
Copyright (c) 2024 |Dr. Rudiyanto, SP., M.Si.|Associate Researcher at Research Center for Applied Botany BRIN, Indonesia