Showing posts with label Hara Makro. Show all posts
Showing posts with label Hara Makro. Show all posts

Pengaruh Modifikasi KH2PO4 dan NH4NO3 Serta Penambahan Asam Giberelik Terhadap Pertumbuhan Planlet Gloxinia Speciosa Secara in vitro

Gloxinia speciosa, yang termasuk famili Gesneriaceae merupakan salah satu tanaman hias introduksi dari Brazil yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Kultur jaringan merupakan salah satu teknik perbanyakan bibit tanaman termasuk untuk tanaman hias.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modifikasi hara makro MS (Murashige & Skoog) khususnya KH2PO4 dan NH4NO3 serta penambahan asam giberelik(GA3) terhadap pertumbuhan planlet Gloxiniasecara in vitro. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor yang diujikan yakni kombinasi modifikasi hara makro MS (MS yang mengandung 170 mg/L KH2PO4 dan 1650 mg/L (kontrol); 340 mg/L KH2PO4 dan 825 mg/L NH4NO3; 680 mg/l KH2PO4 dan 412.5 mg/L NH4NO3) serta penambahan GA3 sebanyak 0; 0,5; 1 dan 2 mg/L. Parameter yang diamati meliputi tinggi planlet, jumlah daundan jumlah akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur 8minggu setelah tanam, planlet dengan perlakuan makro MS yang mengandung 170 mg/L KH2PO4dan 1650 mg/L NH4NO3yang dikombinasikan dengan 2 mg/L GA3 menghasilkan tinggi tanaman dan jumlah akar tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan 340 mg/L KH2PO4 dan 825 mg/L NH4NO3 yang dikombinasikan dengan 1 mg/L GA3 namun pada perlakuan ini akar planlet tidak terbentuk. Pada perlakuan makro MS yang mengandung 680 mg/L KH2PO4 dan 412.5 mg/L NH4NO3 yang dikombinasikan dengan 0, 0.5 dan 1 mg/L GA3 daun cenderung berukuran besar. Abnormalitas terjadi pada planlet Gloxinia dengan perlakuan makro MS yang mengandung 680 mg/L KH2PO4 dan 412.5 mg/L NH4NO3yang dikombinasikan dengan 2 mg/L GA3. Daun dan batang berwarna kuning-merah dan sedikitnya warna hijau daun yang terbentuk.

Rudiyanto, Rantau DE, Ermayanti TM. 2015. Pengaruh Modifikasi KH2PO4 dan NH4NO3 Serta Penambahan Asam Giberelik Terhadap Pertumbuhan Planlet Gloxinia Speciosa Secara in vitro. Prosiding Seminar Nasional XVIII “Kimia dalam Pembangunan“ 18: 205-212

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Media Dasar dalam Kultur Jaringan Tanaman

 

Secara kasat mata, orang awam melihat media dalam kultur jaringan hanya berupa agar yang dipadatkan di dalam botol. Namun agar tersebut tentu bukan sembarang agar, media tanam dalam kultur jariangan tersebut selain berisi agar juga berisi nutrisi yang diperlukan oleh tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Media dasar yang digunakan tersebut sebagai sumber nutrisi bagi sel atau jaringan tanaman yang akan dikulturkan secara in vitro (suci hama/pathogen). Media ini berisi nutrisi (hara makro dan mikro), sumber karbon (sukrosa), vitamin, bahan organik dan zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel atau jaringan tanaman.

Beberapa komponen penting dari media dasar kultur jaringan meliputi:

1.      Unsur Hara Makro: Nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur (makroelemen)

2.      Unsur Hara Mikro: Besi, mangan, boron, tembaga, seng, dan molibdenum (mikroelemen). Komposisi hara makro dan mikro ini berbeda-beda antara jenis media dasar yang digunakan

3.      Karbohidrat: Biasanya ditambahkan sukrosa (gula) sebagai sumber energi bagi sel tanaman. Dalam kultur jaringan tanaman konsentrasi gula yang digunakan umumnya sebanyak 30 g/L media.

4.      Vitamin: Beberapa vitamin penting bagi tanaman seperti tiamin (vitamin B1), piridoksin (vitamin B6), dan asam nikotinat untuk mendukung metabolisme sel.

5.      Zat Pengatur Tumbuh: Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan antara lain auksin dan sitokinin untuk menginduksi pertumbuhan dan diferensiasi sel atau jaringan.

6.      Pemadat: Yakni menggunakan agar untuk membuat media menjadi padat sehingga eksplan dapat ditancapkan di atas permukaan media.

7.      pH Media: pH media biasanya diatur antara 5.6 hingga 5.8 agar ketersediaan hara dalam media dapat diserap oleh tanaman.

Teknik Dasar Kultur Jaringan Tanaman, Pengertian, Keunggulan dan Aplikasinya

Jenis media dasar yang biasanya digunakan dalam kultur jaringan antara lain media MS: Murashige & Skoog (1962); WPM: McCown & Lloyd (1981); DKW: Driver & Kuniyuki (1984); NN: Nitsch & Nitsch (1969); B5: Gamborg et al. (1968) dsb.

Sumber: Rudiyanto et al., 2021
Pengaruh Modifikasi KH2PO4, NH4NO3 dan Sukrosa terhadap Pertumbuhan Tunas serta Pembentukan Umbi Mikro Taka (Tacca leontopetaloides) secara In vitro

Catatan: Setiap jenis tanaman memerlukan optimasi media dasar agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal

 

Artikel Selengkapnya...

Comparison of the Reduction Effect of Sucrose and Table Sugar Concentration on Growth Characteristics of Red Ginger (Zingiber officinale Rocs.) Cultured in Liquid Medium

The aim of this research was to compare the reduction effect of sucrose or table sugar concentration on growth  characteristics of red ginger cultured in MS liquid medium. Shoots of red ginger was cultured on MS liquid medium without addition of plant growth regulators, supplemented with 5, 10, and 20 g/l of sucrose or table sugar for 8 weeks. Resulted plantlets were acclimatized in a greenhouse to investigate their growth and survival rate. Numbers of stomata, chlorophyll concentration as well as cross section of leaves from plantlets grown in vitro were compared to those of transplants grown in the greenhouse. The results showed that the use of table sugar at concentration of 20 g/l gave the best growth of red ginger. Meanwhile, the reduction of table sugar from 20 to 10 g/l reduced growth and survival rate of in vitro shoots as well as that of transplants in the greenhouse. Only few shoots formed roots when they were grown on the medium containing 5 g/l of table sugar, and transplants failed to grow in the greenhouse. It found that the chlorophyll content of in vitro plantlets was lower than those of transplants grown in the glasshouse. However, the number of stomata of the in vitro plantlets was higher than that of transplants grown in the glasshouse. There was no anatomical abnormalities found on the cross section of leaves between in vitro plantlets and transplants grown in the greenhouse. The replacement of sucrose with table sugar may reduce the production cost of plantlets. 

Hapsari, B. W., Ermayanti, T. M., Rantau, D. E., & Rudiyanto, R. (2011, June). Comparison of the Reduction Effect of Sucrose and Table Sugar Concentration on Growth Characteristics of Red Ginger (Zingiber officinale Rocs.) Cultured in Liquid Medium. In Annales Bogorienses (Vol. 15, No. 1, pp. 15-20).

Link Download


Artikel Selengkapnya...

Pertumbuhan Tunas in vitro dan Pembentukan Umbi Mikro Kentang Merah (Solanum tuberosum L.) dengan Modifkasi Unsur Hara Makro dan Peningkatan Konsentrasi Gula

Kultur jaringan tanaman kentang (Solanum tuberosum) merupakan teknologi yang sangat penting untuk menghasilkan benih G0 yang merupakan sumber benih generasi berikutnya sebelum bibit untuk produksi. Pembentukan umbi mikro kentang sering dilakukan untuk tujuan perbanyakan maupun konservasi sumber benih unggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modifikasi konsentrasi unsur hara makro (N dan P)pada media MS yang dikombinasikan dengan peningkatan konsentrasi sukrosa (gula) terhadap pertumbuhan tunasdan pembentukan umbi mikro kentang merah. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor yang diujikan adalah modifikasi hara makro MS: M1 (170 mg/lKH2PO4dan 1650 mg/lNH4NO3) (normal, kontrol); M2 (340 mg/lKH2PO4 dan 825 mg/l NH4NO3); dan M3 (680 mg/l KH 2PO4 dan 412.5 mg/l NH4NO3) yang dikombinasikan dengan 30 (S1) (kontrol), 40 (S2), 50 (S3) dan 60 (S4)g/l sukrosa. Peubah yang diamatiyaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah akar dan jumlah umbi diamati setiap minggu hingga umur 8 minggu setelah tanam. Berat umbi ditimbang saat kultur berumur 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi konsentrasi unsur hara makro tidak berpengaruh terhadap jumlah akar dan berat umbi. Tunas tertinggi, jumlah akar, jumlah umbi dan berat umbi terbesar terdapat pada perlakuan hara makro normal (kontrol) dengan sukrosa 60 g/l (M1S4). Jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan konsentrasi normal hara makro dengan 40 g/l sukrosa (M1S2).


Rudiyanto, Hapsari B.W, dan Ermayanti T.M. 2016. Pertumbuhan Tunas in vitro dan Pembentukan Umbi Mikro Kentang Merah (Solanum tuberosum L.) dengan Modifkasi Unsur Hara Makro dan Peningkatan Konsentrasi Gula. Seminar Nasional Bioteknologi IV Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 4: 360-377  

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Pengaruh Modifikasi KH2PO4, NH4NO3 dan Sukrosa terhadap Pertumbuhan Tunas serta Pembentukan Umbi Mikro Taka (Tacca leontopetaloides) secara In vitro

Polynesian arrowroot (Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze), which is one of the bulbous herbaceous plants, have high nutritional value. Modification of macro nutrients by reducing nitrogen content and increasing phosphorus on the medium gave affects on shoot growth and initiated micro tuber formation on in vitro cultures. The aim of this research was to determine the effect of modified macro nutrients in combination with the increase in sucrose concentrations on shoot growth and micro tuber formation of T. leontopetaloides. The experimental design was factorial completely randomized design.The factors tested were modifications of MS macro nutrients that were. M1 (170 mg/l KH2PO4 and 1650 mg/l NH4NO3; normal, control treatment); M2 (340 mg/l KH2PO4 and 825 mg/l NH4NO3); and M3 (680 mg/l KH2PO4 and 412.5 mg/l NH4NO3 in combination with 30 (S1) (control treatment), 40 (S2), 50 (S3) and 60 g/l of sucrose (S4). The variables tested were shoot height, number of leaves, number of roots and number of micro tuber which were observed weekly at 0-8 weeks after culturing. The results showed that the modification of macro nutrient in combination with sucrose concentration had significant effect on shoot height, number of leaves and number of roots but not significant on the number of tubers. The highest shoots were found in M1S3 treatment, the highest number of leaves was in M1S1 and M1S3 treatment and the highest number of roots was in M1S4 treatment. The number of tubers not significantly different between the treatments tested.

Rudiyanto, R., Hapsari, B. W., & Ermayanti, T. M. (2018). Pengaruh Modifikasi KH2PO4, NH4NO3 dan Sukrosa terhadap Pertumbuhan Tunas serta Pembentukan Umbi Mikro Taka (Tacca leontopetaloides) secara In vitro. JURNAL BIOLOGI INDONESIA14(1).
Artikel Selengkapnya...
 
Copyright (c) 2024 |Dr. Rudiyanto, SP., M.Si.|Associate Researcher at Research Center for Applied Botany BRIN, Indonesia