Showing posts with label ZPT. Show all posts
Showing posts with label ZPT. Show all posts

In vitro growth of Sempur (Dillenia philippinensis Rolfe) shoots in response to different types of plants growth regulators supplemented on MS medium

 

Plant tissue culture of Sempur (Dillenia philippinensis Rolfe) has not been widely reported. The previous study showed that BAP added to Murashige & Skoog (MS) basal medium promoted the growth of D. philippinensis shoot culture. This research aimed to investigate the growth of D. philippinensis shoot tip cultures on MS medium containing three types of cytokinins namely BAP, Kinetin, and 2-iP compared with Gibberelic acid (GA3). The results showed that the type and concentrations of cytokinins significantly affected all growth parameters observed except the number of roots which was only influenced by cytokinin concentrations alone. However, different levels of GA3 did not significantly affect all growth parameters observed. After eight weeks of culture, MS medium containing 1 mg/l 2-iP gave the best response for plant height, (3.68± 0.26 cm). The highest number of leaves (20.33±3.14) and nodes (6.67± 0.21) were found in MS medium containing 0.5 mg/l BAP. While the highest number of roots (1.83±0.17) was found in MS medium without the addition of cytokinins. The range of average values of plant height at different levels of GA3 was 3.08-3.74 cm; the number of leaves was 5.1-7.5; the number of nodes was 3.9-5.4 and the number of roots was 1.0-2.8.

Wulandari, D. R., Rudiyanto, Rantau, D. E., Ermayanti, T. M., & Firdaus, H. L. (2021, May). In vitro growth of Sempur (Dillenia philippinensis Rolfe) shoots in response to different types of plants growth regulators supplemented on MS medium. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 762, No. 1, p. 012037). IOP Publishing.

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Kultur Tunas (Aguilaria malaccensis Lamk.) pada Beberapa Media dengan Penambahan Sitokinin untuk Konservasi In Vitro

Tanaman penghasil Gaharu merupakan jenis tumbuhan termasuk ke dalam daftar CITES Appendix II, sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi pengambilannya dari alam dan menggantikannya dengan tanaman Gaharu hasil budidaya. Aquilaria malaccensis adalah salah satu jenis tanaman Gaharu yang perlu dilakukan konservasi. Kultur jaringan merupakan salah satu teknik untuk konservasi tanaman secara in vitro. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kultur tunas A. malaccensis pada media MS dan WPM dengan penambahan sitokinin. Eksplan yang digunakan adalah tunas pucuk dan dua macam buku (buku atas dan buku paling bawah). Media perlakuan yang digunakan adalah media MS tanpa sikokinin, MS dengan penambahan 0,5 atau 1 ppm BAP, WPM dengan penambahan 0,5 ppm BAP atau 1 ppm zeatin, dan modifikasi MS dengan penambahan 0,1 ppm BAP. Parameter pengamatan meliputi tinggi eksplan, jumlah daun eksplan tertinggi, jumlah daun total, jumlah tunas samping, jumlah anakan dan jumlah akar, yang diamati setiap minggu selama 8 minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa media MS tanpa penambahan sitokinin terbaik untuk pertumbuhan tinggi tunas dan jumlah daun tunas tertinggi pada eksplan tunas pucuk, sedangkan modifikasi media MS dengan penambahan 1 ppm BAP terbaik untuk jumlah total daun dan jumlah tunas samping dari eksplan buku bawah. Eksplan buku atas membentuk akar pada media MS tanpa penambahan sitokinin. Media MS tanpa sitokinin juga terbaik untuk pembentukan anakan dari eksplan buku terbawah.

Hapsari, BW, Rudiyanto, Ermayanti, TM. 2019. Kultur Tunas (Aguilaria malaccensis Lamk.) pada Beberapa Media dengan Penambahan Sitokinin untuk Konservasi In Vitro. Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar. Pusat Penelitian Biologi, LIPI. 1: 297-309, 2018/9/27

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Mikropropagasi Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) cv Kristal dengan Perlakuan Sitokinin

Guava (Psidium guajava L.) cv Kristal is a horticultural comodity that is popular in Indonesia due to its good taste and nutrition. Micropropagation is necessary to be carried out to support conventional propagation through for plant improvement and conservation purposes. The objective of this research was to investigate micropropagation of guava cv Kristal on MS medium containing cytokinin. Factorial completely randomized design were used as experimental design with three types of cytokinin i.e., Kinetin, 2-iP, BAP at 0; 0.5; 1.0; 2.0 mg/l respectively. Shoot height, number of leaves, number of nodes, number of shoots and number of roots were observed weekly from 0-8 weeks after planting. Anova analysis showed that type of cytokinin significantly affected numbers of leave, node, shoot and root but not significantly for shoot height. Concentration affected significantly to plant height and numbers of root, numbers of leave, node and shoots. Combination of three type of ctokinins and concentration affected on shootand root numbers, nembers of leave and node, and shoot height. Treatment with 1 mg/l kinetin gave the highest shoot height, and 0.5 – 2 mg/l BAP gave the highest number of leaves and number of nodes but the highest number of shoot were obtain by treatment BAP 1-2 mg/l. Additional of cytokinin had no significant effect on number of roots..

Rantau, D. E., D. R. Rudiyanto, and B. W. Wulandari. "Hapsari dan TM Ermayanti.(2018). Mikropropagasi Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) cv Kristal dengan Perlakuan Sitokinin." Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas untuk Kehidupan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat–Pusat Kajian Lingkungan dan Konservasi Alam. Fakultas Biologi–Universitas Nasional–Jakarta. Vol. 21. 2018.

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Perlakuan Konsentrasi 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) dan Thidiazuron (TDZ) Terhadap Pembentukan Kalus Pada Helai Daun, Tangkai Daun dan Bonggol Tacca leontopetaloides

 

Tacca leontopetaloides (Linn.) O. Kuntze merupakan terna tahunan yang umbinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan alternatif. Umbi taka mengandung pati (amilosa dan amilopektin)yang mirip dengan kentang dan jagung. Salah satu teknik perbanyakan tanaman taka secara in vitro dapat dilakukan melalui pembentukan kalus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sumber eksplan dengan pemberian 2,4-D dan TDZ dalam media MS terhadap pembentukan kalus taka secara in vitro. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan faktor yang diujikan yakni eksplan helai daun, tangkai daun dan bonggol T. Leontopetaloides yang dikombinasikan dengan zat pengatur tumbuh 2,4D denganTDZ dengan konsentrasi 0.0, 0.25, 0.50 dan 1.00 mg/L. Peubah yang diamati yakni persentase eksplan membentuk kalus, respon pertumbuhan eksplan, dan diameter kalus. Data pengamatan dan pengambilan gambar dilakukan pada eksplan umur 8 minggusetelah kultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan eksplan bonggol dengan media MS dengan penambahan 2,4-D dan TDZ 1.00 mg/l menghasilkan persentase eksplan membentuk kalus dan diameter kalus yang tertinggi. Kalus tidak terbentuk pada perlakuan dengan sumber eksplan helai daun dengan penambahan 0.25; 0.50 dan 1.0 mg/L 2,4-D + 1,0 mg/L TDZ serta eksplan tangkai daun dengan penambahan 1.0 mg/L 2,4-D + 1.0 mg/L TDZ.

Rudiyanto, A. F. "Martin dan TM Ermayanti.(2016). Perlakuan Konsentrasi 2, 4Dichlorophenoxyacetic acid (2, 4-D) dan Thidiazuron (TDZ) Terhadap Pembentukan Kalus Pada Helai Daun, Tangkai Daun dan Bonggol Tacca leontopetaloides." Prosiding Seminar Nasional XXV “Kimia dalam Pembangunan. 2016.

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Pertumbuhan Kultur Tunas Kentang Merah (Solanum Tuberosum) Pada Media MS (Murashige & Skoog) dengan Perlakuan Konsentrasi dan Jenis Sitokinin

Kentang (Solanum tuberosum) berperan penting untuk menunjang program diversifikasi pangan pokok selain serealia. Kentang merah yang merupakan salah satu komoditas lokal unggulan di beberapa daerah di Indonesia perlu dikembangkan untuk tujuan produksi maupun konservasi. Kultur jaringan tanaman merupakan salah satu metode yang tepat digunakan untuk tujuan tersebut. Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat meningkatkan multiplikasi tunas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi sitokinin terhadap pertumbuhan tunas kentang merah secara in vitro. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor yang diujikan adalah jenis zat pengatur tumbuh yaitu Kinetin, 2-iP dan BAP dengan konsentrasi 0.0, 0.5, 1.0 dan 2.0 mg/L. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buku dan jumlah akar. Pengamatan dilakukan setiap minggu hingga tunas berumur 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi sitokinin tidak berpengaruh terhadap tinggi tunas dan jumlah buku. Tunas tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa sitokinin. Perlakuan 0,5 mg/L 2-iP menghasilkan jumlah daun dan jumlah buku tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya kecuali jumlah buku pada perlakuan 1 mg/L kinetin. Jumlah akar terbanyak terdapat pada perlakuan 1 mg/L Kinetin dan 1 mg/L 2-iP.

Rudiyanto, Rantau. "DE, & Ermayanti, TM (2016). Pertumbuhan Kultur Tunas Kentang Merah (Solanum tuberosum) pada Media MS (Murashige & Skoog) dengan Perlakuan Konsentrasi dan Jenis Sitokinin." Dalam Seminar Nasional XXV “kimia dalam Industri dan Lingkungan”, Yogyakarta. Vol. 17. 2016.

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Pengaruh Modifikasi KH2PO4 dan NH4NO3 Serta Penambahan Asam Giberelik Terhadap Pertumbuhan Planlet Gloxinia Speciosa Secara in vitro

Gloxinia speciosa, yang termasuk famili Gesneriaceae merupakan salah satu tanaman hias introduksi dari Brazil yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Kultur jaringan merupakan salah satu teknik perbanyakan bibit tanaman termasuk untuk tanaman hias.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modifikasi hara makro MS (Murashige & Skoog) khususnya KH2PO4 dan NH4NO3 serta penambahan asam giberelik(GA3) terhadap pertumbuhan planlet Gloxiniasecara in vitro. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor yang diujikan yakni kombinasi modifikasi hara makro MS (MS yang mengandung 170 mg/L KH2PO4 dan 1650 mg/L (kontrol); 340 mg/L KH2PO4 dan 825 mg/L NH4NO3; 680 mg/l KH2PO4 dan 412.5 mg/L NH4NO3) serta penambahan GA3 sebanyak 0; 0,5; 1 dan 2 mg/L. Parameter yang diamati meliputi tinggi planlet, jumlah daundan jumlah akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur 8minggu setelah tanam, planlet dengan perlakuan makro MS yang mengandung 170 mg/L KH2PO4dan 1650 mg/L NH4NO3yang dikombinasikan dengan 2 mg/L GA3 menghasilkan tinggi tanaman dan jumlah akar tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan 340 mg/L KH2PO4 dan 825 mg/L NH4NO3 yang dikombinasikan dengan 1 mg/L GA3 namun pada perlakuan ini akar planlet tidak terbentuk. Pada perlakuan makro MS yang mengandung 680 mg/L KH2PO4 dan 412.5 mg/L NH4NO3 yang dikombinasikan dengan 0, 0.5 dan 1 mg/L GA3 daun cenderung berukuran besar. Abnormalitas terjadi pada planlet Gloxinia dengan perlakuan makro MS yang mengandung 680 mg/L KH2PO4 dan 412.5 mg/L NH4NO3yang dikombinasikan dengan 2 mg/L GA3. Daun dan batang berwarna kuning-merah dan sedikitnya warna hijau daun yang terbentuk.

Rudiyanto, Rantau DE, Ermayanti TM. 2015. Pengaruh Modifikasi KH2PO4 dan NH4NO3 Serta Penambahan Asam Giberelik Terhadap Pertumbuhan Planlet Gloxinia Speciosa Secara in vitro. Prosiding Seminar Nasional XVIII “Kimia dalam Pembangunan“ 18: 205-212

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Media Dasar dalam Kultur Jaringan Tanaman

 

Secara kasat mata, orang awam melihat media dalam kultur jaringan hanya berupa agar yang dipadatkan di dalam botol. Namun agar tersebut tentu bukan sembarang agar, media tanam dalam kultur jariangan tersebut selain berisi agar juga berisi nutrisi yang diperlukan oleh tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Media dasar yang digunakan tersebut sebagai sumber nutrisi bagi sel atau jaringan tanaman yang akan dikulturkan secara in vitro (suci hama/pathogen). Media ini berisi nutrisi (hara makro dan mikro), sumber karbon (sukrosa), vitamin, bahan organik dan zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel atau jaringan tanaman.

Beberapa komponen penting dari media dasar kultur jaringan meliputi:

1.      Unsur Hara Makro: Nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur (makroelemen)

2.      Unsur Hara Mikro: Besi, mangan, boron, tembaga, seng, dan molibdenum (mikroelemen). Komposisi hara makro dan mikro ini berbeda-beda antara jenis media dasar yang digunakan

3.      Karbohidrat: Biasanya ditambahkan sukrosa (gula) sebagai sumber energi bagi sel tanaman. Dalam kultur jaringan tanaman konsentrasi gula yang digunakan umumnya sebanyak 30 g/L media.

4.      Vitamin: Beberapa vitamin penting bagi tanaman seperti tiamin (vitamin B1), piridoksin (vitamin B6), dan asam nikotinat untuk mendukung metabolisme sel.

5.      Zat Pengatur Tumbuh: Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan antara lain auksin dan sitokinin untuk menginduksi pertumbuhan dan diferensiasi sel atau jaringan.

6.      Pemadat: Yakni menggunakan agar untuk membuat media menjadi padat sehingga eksplan dapat ditancapkan di atas permukaan media.

7.      pH Media: pH media biasanya diatur antara 5.6 hingga 5.8 agar ketersediaan hara dalam media dapat diserap oleh tanaman.

Teknik Dasar Kultur Jaringan Tanaman, Pengertian, Keunggulan dan Aplikasinya

Jenis media dasar yang biasanya digunakan dalam kultur jaringan antara lain media MS: Murashige & Skoog (1962); WPM: McCown & Lloyd (1981); DKW: Driver & Kuniyuki (1984); NN: Nitsch & Nitsch (1969); B5: Gamborg et al. (1968) dsb.

Sumber: Rudiyanto et al., 2021
Pengaruh Modifikasi KH2PO4, NH4NO3 dan Sukrosa terhadap Pertumbuhan Tunas serta Pembentukan Umbi Mikro Taka (Tacca leontopetaloides) secara In vitro

Catatan: Setiap jenis tanaman memerlukan optimasi media dasar agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal

 

Artikel Selengkapnya...

Effect of Gibberellic Acid (GA3) in Combination with Calcium Pantothenate on Micropropagation of Dahlia sp


Effort to increase growth of in vitro explants could be done by addition of vitamin and plant growth regulators. This current study was aimed to investigate the effect of addition of calcium pantothenate in combination with Gibberellic Acid (GA3) on in vitro growth of Dahlia sp. Shoots of dahlia were grown on MS medium. Experimental design was factorial completely randomized design. The factors tested were calcium pantothenate in combination with GA3 using concentration level at 0, 0.5, 1 and 2 mg/L respectively. The variables recorded were shoot height, number of leaves, number of shoots and number of roots which were observed weekly at 0-8 weeks after cultures. The results showed that GA3 significantly affected all variables but calcium pantothenate did not significantly affect the number of shoots and number of leaves based the Anova analysis. The highest number of leaves and number of shoots were produced by media MS supplemented with 0.5 mg/L GA3 without addition of calcium pantothenate (16.00 ± 2.73 and 3.00 ± 0.37 respectively). On Media MS with 0.5 mg/L calcium pantothenate alone produce 12.23 ± 1.13 cm shoot height and 3.33 ± 0.84 number of roots. The addition of 2 mg/L calcium pantothenate on MS medium inhibited explants growth.


Artikel Selengkapnya...
 
Copyright (c) 2024 |Dr. Rudiyanto, SP., M.Si.|Associate Researcher at Research Center for Applied Botany BRIN, Indonesia