Perubahan iklim telah menjadi salah
satu tantangan paling mendesak abad ini. Salah satu penyebab utamanya adalah
tingginya konsentrasi karbon dioksida (CO₂) di atmosfer akibat aktivitas
manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi.
Upaya untuk mengurangi emisi karbon
telah dilakukan melalui berbagai cara, mulai dari penghijauan hingga
pengembangan teknologi penangkapan karbon. Namun, pendekatan alami seperti
menanam pohon membutuhkan waktu puluhan tahun dan lahan yang sangat luas. Dengan
latar belakang ini, sebuah inovasi dari Columbia University hadir dan menjadi
sebuah sebagai terobosan baru yakni pengembangan "Pohon Buatan" atau “Synthetic Tree” yang dapat menyerap CO₂
dari atmosfer secara aktif, dengan klaim kecepatan mencapai 1.000 kali lebih
cepat dibandingkan dengan pohon alami biasa.
Apakah
Pohon Buatan/ Synthetic Tree Itu?
Keberadaan pohon buatan/ Synthetic Tree memperlihatkan adanya deretan
perangkat berbentuk ventilasi yang besar menyerupai kisi-kisi yang berdiri
tegak di tengah gurun/ padang pasir. Alat ini bukanlah tower/ menara alat komunikasi,
melainkan teknologi canggih yang dirancang untuk menyerap karbon dari atmosfer.
Struktur ini dikenal sebagai Direct Air Capture (DAC), yaitu metode penangkapan
karbon secara langsung dari udara bebas menggunakan material penyerap.
Salah satu ilmuwan yang terlibat dalam
pengembangan teknologi ini adalah Prof. Klaus Lackner, beliau merupakan Direktur
Center for Negative Carbon Emissions di Arizona State University, yang
sebelumnya merupakan peneliti di Columbia University. Dalam penelitiannya, ia
memperkenalkan konsep "pohon buatan" yang mampu menyerap CO₂ dengan
efisiensi sangat tinggi (Lackner & Brennan, 2009). Dalam model yang
dikembangkan, alat ini menggunakan resin berbasis ion exchange yang
dapat menangkap CO₂ dari udara kering, dan melepaskannya saat kondisi basah. Proses
ini disebut sebagai humidity swing.
“The artificial tree is a passive
device. It stands there and sucks in carbon dioxide from the atmosphere, 1,000
times faster than a real tree.”
Prof. Klaus Lackner (dalam ASU Center for Negative Carbon Emissions, 2020)
Keunggulan
Teknologi Pohon Buatan/ Synthetic Tree
Kelebihan utama dari pohon buatan ini
adalah kemampuannya menyerap CO₂ tanpa perlu energi eksternal yang besar,
dan bisa bekerja di berbagai kondisi geografis. Satu unit pohon buatan
diperkirakan mampu menyerap sekitar 1 ton CO₂ per hari, tergantung pada
ukuran dan efisiensi dari sistemnya (Lackner & Brennan, 2009).
Pohon alami, meskipun sangat penting
bagi ekosistem, memiliki keterbatasan. Satu pohon dewasa rata-rata menyerap
hanya 22 kg CO₂ per tahun (U.S. Environmental Protection Agency [EPA],
2023). Dibandingkan dengan pohon alami itu, satu pohon buatan dapat menyerap
karbon setara dengan ribuan pohon alami dalam setahun.
Pohon
Buatan Bukan Pengganti, Tetapi Pelengkap
Meskipun potensinya luar biasa,
teknologi ini bukanlah pengganti pohon
alami. Pohon hidup menyediakan berbagai manfaat ekologis lain seperti
keanekaragaman hayati, produksi oksigen, pengendalian air dan erosi tanah,
serta kesejukan mikroklimat. Oleh karena itu, pendekatan teknologi seperti ini
harus digunakan sebagai pelengkap dalam
upaya konservasi alam, bukan sebagai justifikasi untuk mengabaikan
penghijauan.
Tantangan
dan Masa Depan
Salah satu tantangan utama dari
pohon buatan adalah biaya produksi yang tinggi dan biaya pemeliharaanya. Namun,
dengan semakin berkembangnya teknologi material dan energi terbarukan, biaya
tersebut diperkirakan akan menurun dalam waktu dekat. Selain itu, integrasi
dengan sistem penyimpanan karbon bawah tanah (carbon sequestration) atau
pemanfaatan ulang karbon (carbon recycling) menjadi fokus riset selanjutnya (National
Geographic, 2021). Jika digunakan secara luas dan bijak, inovasi seperti ini
bisa menjadi bagian penting dari strategi menuju net-zero emissions secara
global.
Referensi:
- Arizona State University Center for Negative Carbon Emissions. (2020). Direct air capture research. https://sustainability-innovation.asu.edu/negative-carbon-emissions/
- Lackner, K. S., & Brennan, S. (2009). The urgency of the development of CO₂ capture from ambient air. Proceedings of the National Academy of Sciences, 106(29), 11853–11857. https://doi.org/10.1073/pnas.0903729106
- National Geographic. (2021). Can we suck carbon dioxide out of the air? https://www.nationalgeographic.com/environment/article/can-we-suck-carbon-dioxide-out-of-the-air
- United States Environmental Protection Agency. (2023). Greenhouse gas equivalencies calculator. https://www.epa.gov/energy/greenhouse-gas-equivalencies-calculator